Tweet |
Tak terasa sudah hampir empat belas tahun saya
hilir mudik di kota kecil ini. Sejak tahun 1999 silam, ketika pertama kali kaki
ini menginjak sebuah tempat bernama kota, saya langsung jatuh cinta. Cinta kepada
tata ruangnya, kesederhanaannya, dan yang paling penting lagi adalah cinta pada
keramahan penghuninya. Kondisi yang demikian di kota ini menanamkan kesan betah
dalam perasaan saya. Dari kota inilah proses hidup saya dimulai.
Sebagaimana lazimnya sebuah tempat yang berkesan,
tentu saya, juga mungkin sahabat-sahabat semua mempunyai moment atau peristiwa yang
tak bakal mudah untuk dilupakan. Kisah hidup saya di kota kecil ini dimulai
pada pertengahan September 1999 silam. Ketika itu saya diterima di sebuah
universitas swasta yang terletak di sebelah timur kota ini dengan jurusan
Bahasa Inggris. Pada awal-awal semester, saya tak layaknya mahasiswa yang lain.
Kos, kuliah, kos. Begitu pada awalnya.
Baru pada pertengahan semester tiga kemudian, saya
berkenalan dengan organisasi. Adalah Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) bernama “Bhasakara”
organisasi kampus pertama yang saya ikuti. Organisasi ini merupakan sebuah
organisasi intra kampus yang bergerak di bidang penerbitan majalah kampus. Sejak
bergelut di organisasi ini, saya kemudian diberi kesempatan mewawancarai para
pejabat kampus, utamanya Rektor. Dikemudian hari, kesempatan untuk bertemu
dengan orang-orang besar semakin banyak. Yang terahir, dan yang masih saya
ingat adalah mewawancarai Menteri Pendidikan Nasional Yahya Muhaemin. Intinya,
mengikuti proses berorganisasi di LPM Bhaskara ini saya menjadi faham bagaimana
cara menulis. Baik itu berita, features, Lead, Headline, Reportase, dan lain
sebagainya.
Tidak berhenti di situ, saya kemudian dikenalkan
oleh seorang sahabat sebuah organisasi non kampus atau organisasi ekstra kampus
bernama P (maaf saya tidak menuliskan secara kumplit). Di organisasi inilah,
untuk pertama kalinya saya diajari berdemonstrasi. Diajari cara berorasi, juga
diajari untuk dapat berpikir kritis, peka terhadap realita sosial, serta diajari
untuk tidak malu bertanya kepada siapapun. Pelajaran di luar mata kuliah ini
membawa saya menjadi seorang yang selalu ditunjuk menjadi seorang orator dalam
setiap demonstrasi. Demonstrasi pertama yang saya ikuti waktu itu adalah
demonstrasi yang menuntut pembubaran sebuah Partai Politik. (Sekarang, jika
ingat kelakuan saya yang satu ini, saya selalu tertawa sendiri).
Nah, dari organisasi inilah saya untuk pertama kalinya
bertemu dengan perempuan yang telah menjadi mantan kekasih, yang kini menjadi
istri saya. Cara “menembak” si perempuan ini pun terhitung aneh untuk ukuran
zaman sekarang. Waktu itu saya menulis sebuah cerita pendek (cerpen) yang
intinya mengisahkan tentang seorang laki-laki yang menyatakan rasa sukanya
kepada tokoh perempuan dalam cerpen itu. Tapi naas. Justru yang memahami isi
cerita itu malah teman sekosnya. Dengan demikian gegerlah seisi penghuni kos
yang mayoritas bergabung dengan organisasi ekstra kampus itu. Keberanian dan
kenekataan saya menembus pagar betis polisi dalam setiap demonstrasi, ternyata
mlempem sama sekali ketika hanya berhadapan dengan seorang perempuan bertahi
lalat di atas bibirnya itu. Untuk menegaskan, akhirnya saya menulis sebuah
surat cinta (saya kembali tertawa menuliskan bagian ini) untuknya. Alhamdulilah,
kata anak zaman sekarang, saya diterima.
Sejak saat itu, jika ada waktu luang, saya selalu
mengisinya dengan berjalan-jalan dengannya di kota ini. Singkatnya, kota ini telah mengajarkan saya rasa
keberanian, kritisisme, dan sederet pelajaran hidup lainnya, meski saat ini
saya sudah menetap dan hidup di sebuah desa yang jauh dari perdaban kota. Ya,
inilah kota kenangan, kota PURWOKERTO…
e cie cie cie..
ReplyDeletedari belajar demo parpol sampai demo perasaan, tinggal demo masaknya nih hehehe :D
kenangan yg ga terlupakan bang aktipis ^_^
hehehe...demo masaknya udah di ACC tuh mbak sama istri. Makasih udah mampir. salam:)
Delete(.̮)ђёéђё aku kos selama 4thn mas, 1998-2002. Dulu kos di Grendeng,Purwokerto jd salah satu kota paling bersejarah buatku, sptnya skrg udah banyak berubah ya mas?
ReplyDeletewah, alumni UNSOED nih, sekarang Grendeng udah kaya MORO ramenya bro? Udah banyak perubahan. Termasuk rektor UNSOED nya mas, sekrang berubah jadi Tersangka Kasus Korupsi. Miris rasanya....makasih udah berkunjung bro? Salam:)
DeleteNostallgia ya mas Ibrahim ... lucu juga ya kalo diingat2 :)
ReplyDeleteIya nih mba, nostalgia di kota yang sampai detik ini masih belum bsa juga melupakannya...
Deleteaku belum pernah ke Purwokerto mas, tapi mungkin sbentar lagi akan ksana kalo adik ipar jadi nikah sama orang Purwokerto :D
ReplyDeletekalo ke Purwokerto jangan lupa mampir. Kontak saya juga boleh? Adeknya mo nikah sama orng Purwokerto? Purwokertonya daerah mana tuh mba?
DeleteKenangan manis yang selalu akan mengundang senyum kala diingat ya Pak... :)
ReplyDeleteya betul mas? parahnya kadang senyum sendiri. Makasih udah mampir. salam:)
Deletenostalgia masa kuliah ya pak
ReplyDeleteya betul mbak? Karena senja dan keramaian kota telah menyuguhkan kembali seribu kenangan yg pernah terukir di kota Mendhoan ini. salam:)
Deletewah, sesi kenangan nih,,
ReplyDeletefollow back ya,,
Ya nih? semacam lagu sepanjang jalan kenangan begitu lah? Siap meluncur ke blogmu and siap follback.:)
DeleteKota kenangan yang indah ya mas.. purwokerto itu yg banyak telur asinnya kan :)
ReplyDeleteoh ya.. link mas sudah saya pasang.. maaf dah jarang ol =(
Kalo telur asin mah di Brebes mas? Kalo Purwokerto itu terkenalnya dengan kota Mendhoan. Makasih mas dah mampir. salam:)
DeleteyA Kata orang mumpung lg sekolah Kang, jadinya ikut organisasi. Lagian banyak jg ilmu yang berguna Kang? Ya ndilalah saja sy ikut organisasi yg konsen di bidang tulis menulis. Makasih kang?
ReplyDeletekunjungan sore....
ReplyDeletekalo berkunjung jangan lupa bawa bajigur Mang? hehe...
Deletesisa aktivisnya masih terlihat di blog ini, mulai dari buku-buku bacaannya, sampe tulisan-tulisannya :)
ReplyDeleteenaknya nostalgia purwokerto sambil ngemil gethuk goreng plus seglas teh hangat,,, :)
wakakkakk....dongeng tentang aktipis kali ya mbak? Untung aja tidak terbujuk godaan politik yang terkutuk. Biarlah pengalaman ini sebagai saksi sebagian perjalanan hidup saja. Mba mau gethuk ta?
DeleteJiahh suratnya ituloh....... beredar kemana mana ha ha
ReplyDeleteKapan-kapan bisa diposting tuh di Blog, saya pernah 2 minggu yang lalu.
Kalau ada waktu mampir ya di posting 'Sepasang Bidadari'
sudah ilang suratnya bang, maksudnya cerpennya? cuma masih sedikit inget jalan cerita dan tokoh2nya aja...hehe...makasih udah mampir. salam:)
Deletekunjungan malam...
ReplyDeleteLayar TV nya sama kayak layar TV yang ada di Kebumen loh mas.. Btw, ini blog ori bgt ya bisa di pasangin adsense. Punyaku ori juga, tapi g tau kenapa g bisa -_-
ReplyDeleteiya nih, padahal TV nya buat iklan tok. ganti domain coba sob?
Deleteberani demo melawan polisi, tapi saat melamar calon istri ... keberanian langsung sirna yah pak :D
ReplyDeleteitu lah kekuatan perempuan mas bro? hhehee
DeleteWahh purwokerto,, BANJARNEGARA nih...
ReplyDeleteiya kieh, dulur brrarti yah kang?
Deletepernah ke purwokerto saya mas :)
ReplyDeletewalaupun hanya lewat trs beli oleh2 :)