Tweet |
Ode
Buat Senja
I
Katakan
padanya, senja
Tentang
gulma yang kau singgahi sore tadi
Ketika
angin lupa menulis cerita
Pada
pematang yang enggan bersetubuh dengan petang
Atau,
jika lidahmu gagu
Titipkan
saja kepada angin
Tentang
ode sederhana
Yang
ku peras dipertiga malam
Ketika
dingin menguliti tulang
Ah,
senja
Bagaimana
kau lupa?
Bukankah
kau mengenalnya sebelum adam menodai sorga?
atau
ketika hawa mengajak bersenggama?
Sedang
aku,
aku
hanya tau dari bait puisinya;
dari
goresan eliginya;
dari
fragmen yang ia tabung pada catatan pinggirnya
hanya
sebuah ode, senja?
bukan
biografi
bukan
pula catatan kaki
atau
bahkan obituari
katakan
padanya, senja
lalu
pulanglah segera!
Ceritakan
pada tidurku
Tentang
gadis serupa cinderela
Yang
menolak sepatu raja, dan bergembira dengan pujangga
Jika
dia menutup telinga,
Kembalilah
kepadaku, kembalilah
Karena
pematang masih terbentang
Meski
angin lupa menulis cerita
Tentang
sebuah ode yang sederhana…
II
Ini
tentang impen-impen,
senja
yang
aku pungut dari serakan kata-kata
dan
aku susun merupa makna
ah,
senja?
Rokokku
habis, kopikku berkurang
Kata-kataku
miris. Aku pamit pulang…
Purbalingga,
Menjelang 1 Desember 2012
Senjakala
di Bukit Prenjagan
Dan
Layang-layang itu serupa ikan. Terbang di ufuk mata. Ibu tak perah
bercerita, atau mungkin aku alpa. Tentang ikan berekor panjang, yang
terbang di langit senja.
Ah,
aroma angin menusuk ingatan, barusan. Mengajak mataku nanar.
Membongkar catatan-catatan. Berupa mukadimmah, atau roman yang tak
kunjung aku tamatkan.
Hai,
siapa pula kau tanah? Jangan sesekali mengajaku menyesali, atau
mendendam pada alam yang telah menetaskan jemariku ketika pagi enggan
beranjak pulang. Sebab, aku pasti kembali meski aku belum pergi.
Menyetubuhi hari yang menantang birahi, ketika senja memulai merias
diri. Di sini, di langit ingatan senjakala bukit Prenjagan.
Kampung
Telaga, 22 Desember 2012
Selepas
hujan pamit pulang
Obituari
Mimpi
Berhentilah
sejenak sayang?
Persetubuhan
ini kelewat panjang
Lagi
pula, malam belum pamit pulang
Jeda
lah sebentar sayang?
Keringat
ini berjatuhan
Lihatlah,
mimpi itu kembali menginterupsi
Padahal
waktu telah mengemasi
dan
nisan pun telah kau tanam rapi
jika
itu adalah tanda,
mari
sama-sama berkirim doa
sebab,
kita pernah mencatatnya
pada
sehelai kertas di halaman pertama
sudahlah
sayang, itu cuma mimpi
mari
kita lanjutkan persetubuhan ini
semoga
ia terlahir kembali
:
katamu, sebelum lenguhan panjang menyudahi
Kampung
Telaga, 25 Desember 2012
oowwww,, puisinyaa kereeennnn sangat sobbbbb.... Ntar ta jadi penerusnya Chairil Anwar nihhhh,, hehehehehee...
ReplyDeletesebenarnya saya ingin ada kritikan atas tulisan2 saya bang? Karena bagus atau tidaknya sebuah tulisan itu saya kira mesti ada masukan atau kritik dari pembaca. Meskipun puisi, saya kira setiap orang di dunia ini punya sisi estetis. maaf komenmu terjebak di spam...salam :)
ReplyDeletelho, masuk spam yah sob? kok bisa yah??
Deletewihhhh... pinter banget bikin puisi. mengalir begitu. kerenn.
ReplyDeleteMakasih mas? lagi terobsesi sama Pablo Neruda nih...
Deletebaca yg nomor 1 sama nomor 2 kok akunya sulit paham yak,, wah, mungkin aku bukan jurusan puisi
ReplyDeletejangan dipaksakan untuk memahami sob? itu hanya coretan yang secara subyektif dan penuh ego saya namakan puisi...
Deletecerdas, :-) Obituari Mimpi itu aku suka :o .
ReplyDeleteapa mungkin puisi itu punya korelasi dengan cerdas? setau saya, puisi itu soal rasa. tapi makasih sob, atas pujiannya...
Deletejadi mbak irma juga seneng baca puisi yah bro?
ReplyDeletecuma bisa baca puisi tapi susah aku mengartukan puisi :)
ReplyDeletesepertinya puisi nggak selalu harus diartikan mbak? saya malah lebih sepakat kalau puisi itu lahir karena rasa yang secara logika kadang2 susah dimengerti. Mengartikan puisi saya pikir tugas para pelajar atau para mahasiswa jurusan sastra Indonesia tuh?
DeleteOde itu apa ya???
ReplyDeletePernah baca dan sempat memahami artinya tapi kok sekarang lupa ya???
Mang bner da artinya kan?hehe...
Coz sudah terlalu lama kata itu tidak melintas... :)
dalam pemahaman saya, ode adalah semacam pusi lirik yang berisi sanjungan atau pujaan kepada seseorang mbak? Atau mungkin ada pemahaman lain?
Deletewahhh saya bisa GR kalau puisi indahnya mas ibrahim di sejajarkan dgn catatan sederhaa hati saya ^^
ReplyDeleteAyas,... puisinya mas Ibrahim ini, menyentuh ya... :)
Selamat pagi mas Ibrahim, wahh akhirnya saya terdampar di rmh puisi2 indahmu.
ReplyDeleteDan mau menagih pesan yang mas Ibrahim tinggalkan dikolom komentarku, aku tunggu ode nya mas... :)
my email. irmasenja@gmail.com
sebenarnya saya menunggu kritik dari mbak Irma atas tulisan yang secara sederhana saya sebut puisi.
ReplyDeleteKeren puisinya.
ReplyDeleteSalam sukses selalu kang...
yang aku dapet dan rasakan emang syairnya sudah cukup ber irama. makna dari setiap kata yang di lampirkan mewakili kejadian yang sebenarnya ;)
ReplyDeletehipnoterapi surabaya