Tweet |
Mungkin saya adalah satu dari sekian keluarga yang
hingga kini masih numpang hidup sama mertua. Beruntunglah mereke yang tidak
pernah hidup serumah dengan mertua. Lho, emangnya kenapa? Karena, hidup serumah
dengan mertua itu lebih banyak dukanya ketimbang sukanya. Itu menurut saya sih?
Mungkin ada juga keluarga di luar sana yang hidup serumah dengan mertua tapi
banyak mengalami suka ketimbang dukanya. Syukur deh, kalau begitu?
Sukanya Saat Kumpul Bersama Keponakan |
Suatu hari saya pernah bilang sama mertua saya
kalau saya dan istri ingin misah (Berpisah dengan mertua dan menempati rumah
sendiri). Tapi mertua bilang kalau ditinggal, siapa yang akan mengurusinya?
(Mertua saya sudah tua). Jawaban seperti itu, meski tidak tegas, membuatku berkesimpulan
bahwa beliau melarangku untuk berpisah dari rumah mertua. Disamping itu, meski
istri selalu bilang ingin menempati rumah sendiri, namun omongan mertua yang
kadang membuatku iba menjadi ganjalan tersendiri dalam hatiku. Lagi pula, istri
saya merupakan anak bontot.
Meski begitu, kadang terlintas di benak saya untuk
cepat-cepat misah dari mertua. Sebab, ada saja persoalan yang muncul, seperti
yang saya tulis di awal bahwa banyak dukanya ketimbang sukanya. Memang, tradisi
di tempatku, anak terahir biasanya mengurusi orang tuanya yang sudah sepuh. Itu
artinya, saya dan istri harus mendampingi mertua saya yang kini usianya semakin
senja.
Misalnya begini; saya punya ide untuk menempatkan
perabotan rumah di sini atau di sana. Namun, kadang mertua tidak setuju. Atau
sebaliknya. Kemudian, pernah suatu hari sepulang kerja dan saya ingin
beristirahat, namun mertua menyalakan televisi dengan suara yang sangat keras. Selanjutnya,
(mungkin ini hanya ada pada mertua saya) beliau selalu ingin menang sendiri
jika mengajak saya berdiskusi. Entah soal apa pun. Nggak jadi masalah sih,
namun pandangannya yang kolot kadang-kadang membuat telinga memerah. Dan, masih
banyak ribuan cerita dan pengalaman hidup bersama mertua. Namun saya tidak akn
menuliskannya, bukan apa-apa, hanya kurang etis saja saya kira.
Pernah suatu hari, teman saya yang juga masih hidup
serumah dengan mertua bilang kepada saya begini; ATM nya lancar bro?. Saya
bilang, saya tidak punya ATM. Terus dia bilang lagi begini; itu lho, Anjungan
Tunai Mertua (disusul dengan suara tawa mengejek). Ya, harus bagaimana lagi,
mungkin ini bagian cerita dalam hidup saya. Adakah sobat punya kisah yang sama?
Atau kisah yang lebih banyak sukanya? Tak ada salahnya berbagi pengalaman,
sepanjang itu etis bagi kita semua. Begitu sob?
kalo saya sih masih bujang.. :)
ReplyDeletesalam kenal ya.. :)
pengalaman saya di atas barangkali bisa jadi bahan masukan buat Mas a.i.r yang masih bujang. minimal sebagai bahan pemikiran ketika ingin berkeluarga. salam kenal balik mas?
ReplyDeleteKehidupan itu indah kawan...sepahit apapun, ketika sudah berlalu walau hanya sehari...jadi kenangan dan biasanya berakhir dengan senyum (senyum kecut juga boleh)....malah boleh bangga merasa "digandhuli" mertua....minimal bakal dapat WARISAN....selamat bersabar...sabarmu berhadiah harta melimpah .....Merdekaaaa
ReplyDeleteWarisan sih nomor sekian Mas, ketenangan itu yang utama bukan?
ReplyDeleteAwal pernikahan, istri langsung saya boyong ke luar pulau dan menempati rumah kontrakan yang sangat sederhana, namun di situlah surga dunia bisa kita rasakan. Karena kemandirian mendidik kita banyak hal.
ReplyDeleteGemana kalo dibalik...
ReplyDeletemertua yang kita ajak tinggak di rumah kita...?
Kang Djangkies, sempat terpikir ingin merasakan sorga dunia yang demikian. Namun, kadang keinginan tak sejalan dengan kenyataan. Bersyukurlah Kang, dapatt merasakan sorga. Doakan saya segera menyusul. Kang Umam, itu salah satu cara membuat mertua tidak galau? Ada saran lainnya mas?
ReplyDeletepengalaman abg ni bisa d jadikan pelajaran berharga utk aq jika nti mw berumah tangga, klw skrang masih lajang sih.. hehe
ReplyDeleteYa itu cuma sharing pengalaman aja Bro? Tentu, keadaanku beda dengan keadaan abang, yang mungkin lebih baik dari saya. Dan semoga, abang tidak mengalami apa yang saya alami ini...
ReplyDelete