Tweet |
I Need to Go Home |
Aku memanggilnya “Mboke”. Ibu, dalam bahasa
Indonesianya. Panggilan ini, menurut sebagian orang (orang-orang kota) katanya
kampungan. Wah, memang saya anak kampung. Bukannya tidak menghormati sosok ibu,
tapi karena panggilan “Mboke” itulah yang familier di keluarga dan kampung saya.
Sudah sejak lebaran tahun ini, saya tidak pernah
melihat wajah si Mboke. Meski kadang berbagi kabar via SMS atau telpon, namun
kerinduan ini belum pupus ketika belum melihat wajah dan rebah di sisinya. Kenapa
saya menuliskan ini? Karena hingga detik ini saya belum mampu menerjemahkan
kata “berbakti” kepada ibu. Bagaimana cara berbakti itu?
Mboke kerap bilang bahwa, jika anak-anaknya bahagia
hidupnya, maka Mboke juga ikut bahagia. Namun di lain sisi, saya kurang setuju
dengan pengertian itu. Atau mungkin Mboke yang lain bilang bahwa berbakti itu
adalah ketika seorang anak dapat memberikan sesuatu yang berwujud kepada orang
tua. Namun, aku meyakini bahwa Ibu tak membutuhkan itu semua. Lalu apa? Entahlah,
yang jelas jika Mboke saya itu dapat berbahasa Inggris, tentu akan paham
tentang kerinduan dan kenelangsaan saya melalui deret bait lagunya Ebiet G Ade
di bawah ini;
No matter
where I go
Your image
keeps following
No matter
where I hide
You are able
to find me
I feel worn
out
I want to be
alone
No matter who
I asked
I don’t get
any answers
Indeed it’s
all happening
Within my
soul
It’s deep in struggle
and loneliness
I searched for
an answer
In the depth
of the sea
I dragged my
feet
Slowly long
the shore
I built a sea
I’m hearing
voices
Blocking my
way
Stopping my
adventures
No matter
where I go
I take with
me
A guilty
feeling which
Is always
there to haunt me
Will you door
ever
Be opened
again
With the key
Which has
been broken
Look at me
I’m hopeless
and wounded
Listen to me
I’m crying in
my heart
I wish to go
home
I need to go
home
I wish to go
home
I need to go
home
Dan hujan bertambah deras di pipiku…
ada banyak cara menerjemahkan berbakti kepada orang tua. dan orang tua kita sebenarnya nggak menuntut banyak dari itu. Menjaga nama baik keluarga, mendo'akan orang tua, menjalin silaturahim dengan teman-teman orang tua, dan yang lainnya adalah salah satu bentuk bakti kita pada orang tua, jadi nggak harus selalu dalam bentuk materi
ReplyDeletepesan saya pak, smg bpk bnr2 mjd imam yg bijak di klwrga bpk-bknny brmaksud menggurui, seorang mertua tentulh sdh seperti orgtua kndung..jd jgn dianak tirikan, kdg ibu tuh gmw lho curhat k anak cwokny yg sdh merid-selalu blg smw baik2 aja...
ReplyDeletesaya msh px byk PR jg, saya ingn membahagiakan kedua orgtua saya.
Mother....oh mother...
ReplyDeleteridhomu adalah ridho Ilahi...
entah bagaimana membalas semua jasa2 mu...
semoga ku termasuk anak yang berbakti buat my mam
Kang Djangkies, karena itu lah mungkin lagu "Kasih Ibu Kepada Beta" diciptakan. Catatanku di atas, adalah sebuah refleksi seorang anak yang hingga kini belum "merasa" berbakti kepada ibu. Mbak Ajeng, terima kasih atas doanya. Ingin dan sedang sekuat tenaga agar saya dapat menjadi imam bagi keluarga. Mbak Dhykta, semoga saja saya juga masuk golongan yang Mba Dhikta inginkan. Amin. Terima kasih sudah mampir di blog jelek ini, dan mari tetap membangun silaturahmi sesama blogger.
ReplyDeleteseperti udara kasih yang engkau berikan tak mampu ku membalas ibu ibu
ReplyDeleteTak terhingga sepanjang masa...
ReplyDelete