Tweet |
Pernah membayangkan Al Qur’an diterjemahkan ke
dalam bahasa daerah sob? Kayaknya jarang-jarang ya? Tapi ini benar-benar
terjadi. Bahkan sepengetahuan saya ini yang pertama. Kementrian Agama (Kemenag)
pusat, melalui Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto tengah
menggarap proyek penerjemahan Al Qur’an ke dalam bahasa lokal Banyumas.
Untuk kelancaran proyek ini, pihak STAIN Purwokerto
menggandeng beberapa budayawan Banyumas yang dinilai mumpuni dalam dialek
Banyumasan. Salah satunya adalah novelis dan budayawan Ahmad Tohari. Setelah
sukses menerbitkan majalah berbahasa Banyumasan ANCAS, kini Kang Ahmad Tohari
dipercaya oleh Kementrian Agama untuk menjadi komando secara redaksional
penerjemahan Al Qur’an ke dalam bahasa Banyumasan.
Beberapa waktu lalu saya berkesempatan mewawancarai
secara pribadi kepada Kang Ahmad Tohari terkait proyek penerjemahan Al Qur’an
ke dalam bahasa Banyumasan ini. Menurutnya, proyek ini sebenarnya sudah
berlangsung sejak Mei tahun 2012. Namun, karena banyak perbedaan bahasa dan
konteks dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Banyumasan, proyek ini baru 70
persen diselesaikan.
Kang Tohari menambahkan, secara bahasa,
penerjemahan Al Qur’an ke dalam bahasa Banyumasan ini nantinya dapat
membuktikan kepada khalayak umum bahwa bahasa Banyumasan itu adalah bahasa yang
jujur, apa adanya, dan egaliter. Hal ini sesuai dengan karakter penduduk asli
Banyumas yang cablaka (apa adanya).
Secara tidak langsung, proyek ini juga menjadi
salah satu cara untuk melestarikan bahasa daerah Banyumasan, yang menurut
mantan Rektor Universitas Diponegoro Semarang, Prof. Eko Budihardjo sebanyak 15
bahasa daerah hilang karena ditinggalkan penuturnya, dan 139 bahasa daerah di
Indonesia terancam punah.
Kang Tohari melanjutkan bahwa ini bukan pekerjaan
mudah. Menerjemahkan Al Qur’an ke dalam bahasa Banyumasan butuh ketelitian dan
pengecekan ulang. Ini harus dilakukan agar penerjemahan itu benar-benar sesuai
dengan konteks bahasa Banyumasan yang menurut beberapa orang dikenal sebagai
bahasa Ngapak.
Berikut ini adalah contoh Surat Al Maidah ayat 114
yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Banyumas.
Isa putrane Maryam ndonga: “ Duh Pengeran kawula, dhun na maring aku padha suguhan sekang langit (sing dina mudhune) arep dadi dina perayaan tumerap aku padha, ya kuwe tumerap wong-wong sing siki bareng karo aku padha lan sing sewise aku padha, lan dadi tenger kuwasane Panjenengan, wei penginyongan rejeki, lan Panjenengan sebagus-baguse pengaweh rejeki.
Isa putera Maryam berdo’a: “Ya Rabb kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezkilah kami, dan Engkaulah Pemberi rezki Yang Paling Utama.
Jadi bagaimana sob? Masihkah kita malu dengan
bahasa daerah kita sendiri?
Hhaha ngapakk banget yakk. saya sihh udah gak kaget dengan dialek banyumasan cz saya tetanggaan. tapi masalah terjemahin Al-Quran ke Banyumasan baru tau kali ini.
ReplyDeleteiya nih mas bro, belum selesai nerjemahinnya sih (koq kaya orang jakarte) tapi kata Kang Tohari pasti akan jadi koq...
Deleteya mau pakai bhsa apa aja ngak masalah yang penting konteks pemahaman jangan sampai nyimpang ,ditambahi/ dikurangi biar ngak salah jalan bror
ReplyDeleteyo'a mas bro, konteks dan pemahaman saya pikir hal yang substansi. Barangkali suatu saat nanti akan diterjemahkan ke bahasa daerahmu mas bro?
Deletewah penggagasnya dari stain ya mas, saya pernah kesana. kampusnya dekat alun2 tapi masih 1 km an kan , dan di samping lapangan tengah ada angkringan anak2 rege dan vespa purwokerto
ReplyDeleteyups, betul mas bro. Tapi lapangan tengahnya sekarang udah berubah jadi bangunan kampus
Deletemenerjemahkan Al Qur'an ke dalam bahasa daerah akan sangat membantu muslim setempat semakin mencintai Al Qur'an dan mempelajari, dan mentadaburinya. Tentu saja ini bukan perkara gampang, karena dibutuhkan ahli bahasa yang bisa pas menerjemahkan Al QUr'an tanpa mengubah makna.
ReplyDeletebetul kang? Karena itu lah, pekerjaan menerjemahkan Al Quran ke dalam bahasa daerah memerlukan waktu yang agak lama...salam:)
Deletekeren kan pake basa banyumas :)
ReplyDeleteaku juga wong cilacap....bahasane ya termasuk tesih mbayumasan....hihihihihi
ealah...rika kang Reo, jebulnya orang cilacap. bener banget kueh kang? urip dimana sampean sekarang mas bro?
DeleteWah keren sekali ya dialih bahasakan ke dalam bahasa Banyumas. Hmmm. Menarik sekali. Ngomong ngomong soal Banyumas, saya jadi inget saat ke Banyumas, tepatnya di SMP Bustanul Makmur bulan Juli tahun 2009 lalu. Artikelnya dalam bahasa Inggris->http://simplyasep.blogspot.com/2012/03/kang-guru-indonesia-to-smp-bustanul.html
DeleteSalam :))
koq di blognya SMP Bustanul Banyuwangi yah? Padahal Banyuwangi itu beda dengan Banyumas lho kang Asep?
Deletekui keren...
ReplyDeletedaripada baca doang g ngerti artinya, mending di terjemahin :)
tp tetep solat pakai bahasa arab
yoi mbak Jiah. Solatnya tetep pake bahasa arab dong? kalo pake bahasa Banyumasan nanti dimarahi sama FPI...
DeleteBoleh lah om, asalh bukan tulisan arabnya aja yg dirubah, malah langsung mengena..pastinya yang buat bahasa banyumasan juga dah ahli tafsir,..keren nih..
ReplyDeletetuh kan jadi salah koment sayanya...harusnya di reply...
Deletekalo tulisan arabnya yang dirubah itu mah suul adab namanya. Yang nerjenahin itu kyai lho mbak? Oh ya, coba dibenerin tuh form komen blogmu...makasih dah mampir ya?
ReplyDeleteutnung ada terjemahan indonesianya kalau gak aku gak ngerti :)
ReplyDeletehehe...mbak Lidya, tenang aja mbak? Oh ya, maaf jarang silaturahmi ke rumahmu mbak? Mau meluncur sekarang...salam:)
Deletewah inyong mendukung mas programe, wis pokoke mantep lah:}
ReplyDeleteterima kasih kang Muro? inyong ya dukung...
Deletehm.. kalau menurut saya, alQuran harus di jaga keasliaanya untuk menghindari salah penafsiran gan,,
ReplyDeleteasal terjemahannya ke dalam bahasa daerah gk merubah keasliannya kan gpp sob?
Deletekeren ne kayaknya...jadi orang-orang tua bisapaham tuh
ReplyDeleteya semoga saja sob. Semuda dirikupun sejatinya belum paham betul. hehe...
Deleteasalkan tdk mengurangi dan melebihkan maknanya, aku rasa tdk apa2.. bagus malah.. biar semua pada ngerti, khususnya yg ngerti bhs tersebut
ReplyDeletetentu sob? tak mengurangi dan melebihi makna. barangkali cuma redaksi dan konteks masyarakatnya yang berbeda. Makasih udah mampir..salam:)
DeleteDI Madura juga ada yang seperti Itu gan, yang jelas semoga tidak menjadi salah penafsiran di kemudian hari
ReplyDeleteiya sob, setelah googling ternyata di madura sudah ada penerjemahan Al Quran ke dalam bahasa Madura. Terima kasih infonya. salam:)
Deletebiar nantinya kan bersi terjemahan jadi 27 bahasa daerah mewakili setiap provinsi di indonesia. wkwkw
ReplyDeletedengan demikian Al Qur'an semakin membumi dan mudah dipahami ya sob? salam:)
Deletewaahh baru tau ni ada al-qur'an dgn terjemahan banyumasan... ketawa2 baca salah satu contohnya, qiqiiq...
ReplyDeletemudah2an maknanya jd ga bergeser...
iya nih sob, sebelumnya saya juga ketawa meski itu adalah bahasa ibu saya sendiri..
Deleteartikel yg menarik gan, perlu pembahasan yg melibatkan tokoh terkemuka utk bahasa manyumas gan
ReplyDeletemakasih sob, pembahasannya memang dilakukan oleh orang2 yang mumpuni koq, tenang saja..
DeleteOke sobat, kalau pasti mantap dan semoga sukses saja
DeleteSebenarnya bhs banyu mas itu baik dan mudah dipahami, hanya sifatnya lokal saja...artinya khusus banyu mas, sangat menarik dan bermanfaat
ReplyDeleteyoi mas, lokalitas di tengah globalitas saya kira perlu dipertahankan. salam:)
DeleteBenar sekali sobat, Lokalitas ditengah zaman seperti sekarang ini tetap harus dipertahankan secara kuat.
Deletesalam juga sobat
yang saya pahami anjuran Rasululullah saw. cukup satu qiraat saja yang dipakai.
ReplyDeleteadapun beberapa qiraat yang lain muncul karena di Arab juga banyak suku - kabilah yang memiliki dialeg beda dengan dialeg kuraisy yang dipakai Rasulullah. dengan demikian, para sahabat yang kesulitan dengan dialeg tersebut meminta agar al-Qur'an boleh memakai dialeg yang sesuai dengan teritorial islam yang bersuku-suku. (dari sinilah dikenal qiraat sab'ah)
cukup jelas bagi saya bahwa Al-Qur'an cukup 1 versi saja (yang dipakai Nabi) jika itu bisa dipahami (sami'naa wa ata'naa) dengan baik.
mohon dilurukan kalau saya keliru.
terimakasih atas infonya
terima kasih atas komentar bermanfaatnya sob? hanya, setau saya, pada waktu Nabi masih hidup, Al Qur'an kayaknya belum dimushafkan apa yah? tapi yang terpenting adalah, nilai2 yang terkandung di dalam Al Qur'an tidak hilang jika diterjemahkan ke dalam bahasa suku saya..salam:)
Delete.. wachhhhhh,, pasti unik nich Al Qur'an nya. cz pake bahasa daerah. he..86x. namun kira^ bisa di mancanegarakan gak ya?!? ..
ReplyDeleteversi mancanya kayaknya sudah ada lho neng?
DeleteSemoga suatu saat nanti ada pengembangan lagi, setelah pakai bahasa banyumas yg berikutnya dalam bahasa Jawa ya..
ReplyDeletesemoga mbak? lebih baik jika Al Quran diterjemahkan ke semua suku/daerah di Indonesia. salam:)
Deletesebuah ide yang sangat bagus, ini sekaligus bisa dijadikan sarana melestarikan bahasa daerah yang nampaknya sekarang ini sudah mulai terkikis dan bahkan di sekolah menengah atas bahasa daerah sudah tidak ada dalam kurikulum :(
ReplyDeletepusing aku, bisa kali ya di pakein google translate :D
ReplyDeleteVariasi Mobil