Ajib, Gaji Anggota DPR Kita Rp.51,5 juta/bulan!

Sepertinya saya mulai menemukan jawaban kenapa pada musim nyaleg tahun ini begitu banyak caleg yang berambisi duduk di kursi senayan. Dengan tidak menegasikan beberapa caleg yang memang murni mengusung idealisme, agaknya faktor gaji menjadi provokator yang super ampuh bagi mereka yang tengah berjuang untuk lolos ke senayan. Bagaimana tidak, bukankah mayoritas caleg hanya memasang baliho-baliho, spanduk-spanduk kampanye mereka, tanpa memberikan atau katakanlah menerangkan konsep program kerja yang akan mereka lakukan jika terpilih menjadi anggota DPR? Dan bukankah mereka hanya mengandalkan kekuatan finansial untuk menjadi wakil rakyat? “Ah, bodo amat. Jika saya adalah salah satu caleg, tentu yang terpenting bagi saya adalah saya harus terpilih menjadi anggota DPR!”. Soal spanduk-spaduk, baliho-baliho kampaye yang semakin membuat semrawut keindahan kota dan jalanan, toh ada Satpol PP, yang memang berfungsi untuk menertibakn spanduk-spanduk, juga baliho-baliho itu, bukan?

Ajib, Kerjanya Enak Banget si Anggota DPR


Rp. 51,5 juta/bulan Lebih Penting

Berdasarkan Surat Edaran Setjen DPR RI No KU.00/9414/DPR RI/XII/2010, jumlah total gaji yang diterima per anggota DPR sebesar Rp.51,5 juta/bulan. Adapun rincian jumlah uang gaji sebesar itu meliputi gaji Pokok dan Tunjangan, dengan detail seperti berikut;
  1. Gaji pokok Rp 4,2 juta
  2. Tunjangan istri Rp 420 ribu
  3. Tunjangan anak (2 anak) Rp 168 ribu
  4. Uang sidang/paket Rp 2 juta
  5. Tunjangan jabatan Rp 9,7 juta
  6. Tunjangan beras (4 jiwa) Rp 198 ribu
  7. Tunjangan PPH Pasal 21 Rp 1,729 juta

Selain menerima gaji pokok dan tunjangan, anggota DPR kita juga menerima komponen penerimaan lain-lain sesuai dengan posisi anggota dewan yang kebetulan menjabat pada posisi alat kelengkapan dewan lainnya. Sedangkan anggota biasa tanpa jabatan pimpinan alat kelengkapan Dewan, rincian penerimaan uang lainnya sebagai berikut;
  1. Tunjangan kehormatan Rp 3,720 juta
  2. Tunjangan komunikasi Rp 14,140 juta
  3. Tunjangan fungsi dan pengawasan anggaran Rp 3,5 juta
  4. Dukungan biaya bagi anggota komisi yang merangkap menjadi anggota badan/panitia anggaran Rp 1 juta
  5. Bantuan langganan listrik dan telepon Rp 5,5 juta
  6. Biaya penyerapan aspirasi (reses) masyarakat dalam rangka peningkatan kinerja komunikasi intensif Rp 8,5 juta.

Dengan demikian, setiap anggota Dewan biasa bisa membawa pulang gaji  Rp 51.567.200 setiap bulan. “Ajiibb…!!”

Kinerja/bulan Tidak Penting

“Sebab saya terpilih menjadi anggota DPR karena mengeluarkan banyak uang, maka saya tidak mempedulikan kinerja menjadi anggota DPR. Yang penting modal saya cepat kembali. Soal janji-janji saat kampanye, toh saya yakin konstituen pasti lupa. Lagi pula, saya sudah mebagi-bagi uang kepada kostituen untuk memilih saya. Saya cukup bicara yang keras pada saat rapat, dan kalau perlu membanting kursi, sering muncul di tv dan koran, dengan gaya seolah-olah pro rakyat, cukup bagi saya untuk membuat pemilih saya yakin bahwa pilihan mereka tepat. Bahkan, menurut saya, kemunculan di media itu lebih penting ketimbang kemunculan pada saat rapat di DPR. Oh ya, karena modal saya sudah kembali, dan saya sekarang kelebihan uang, maka saya berikan saja kepada wanita simpanan saya. Untuk menambah pundi-pundi rupiah, saya juga ikut menjadi broker bagi proyek-proyek tender. Dan karena saya anggota DPR, rupanya posisi saya cukup ampuh untuk memenangkan tender. Sekali lagi, soal kinerja, bodo amat!” itu kata saya kalau menjadi aggota DPR. “Ajiiib…!”. Lalu bagaimana kata anda? Dan, apakah gaji anda juga ajib, atau anjrit?

  

Lebaran Tahun Ini Saya Tidak Menang


Inilah Hari kemenangan! Sungguh, hingga detik ini kalimat tersebut masih terasa absurd bagi saya. Menurut beberapa orang yang katanya paham betul soal agama, hari kemenangan adalah hari di mana setiap muslim telah selesai menjalankan ibadah puasa sebulan penuh. Kemenangan tersebut selalu dikaitkan dengan sebuah pertempuran antara menjalankan ibadah puasa dengan godaan syaitan yang selalu menggoda setiap muslim untuk tidak berpuasa atau tidak berbuat sesuatu yang dilarang selama menjalankan ibadah puasa. Benarkah demikian?

Mari kita ke belakang sejenak. Apakah kita yakin selama berpuasa, kita tidak melakukan hal-hal yang dilarang? Lalu bagaimana dengan tanggapan kita terhadap orang yang tidak berpuasa? Sadar atau tidak, kita pasti pernah mengatakan (meski hanya di dalam hati) bahwa orang-orang yang tidak berpuasa itu adalah golongan syaitan. Terkutuk, pendosa, serta kalimat-kalimat umpatan lainnya. Atau barangkali kita pernah, dalam obrolan ringan dengan keluarga di rumah, mengatakan bahwa si A dan si B tidak pernah puasa. Nah, bukankah yang demikian itu adalah termasuk membicarakan keburukan orang lain? Dan bukankah kita tahu bahwa membicarakan keburukan orang lain selama menjalankan ibadah puasa adalah satu perbuatan yang dilarang?

Ketupat lebaran

Bagi saya, semestinya kita tidak perlu bicara soal hari kemenangan. Sebab, ritual ibadah seperti berpuasa sejatinya adalah kewajiban. Soal menang atau kalah, itu adalah urusan Tuhan yang tahu persis bagaimana proses ibadah puasa kita sebenarnya. Akan tetapi, jika para kiai, ustad, atau orang-orang yang merasa menjadi wakil Tuhan selalu bicara soal hari kemenangan menjelang hari terakhir bulan ramadhan, maka setahu saya, ciri-ciri orang yang menang dalam menjalankan ibadah puasa antara lain;

1.Mampu membeli baju baru
Kaum muslim yang mampu membeli baju baru untuk lebaran berarti dia menang. Sebab, dia lepas dari gossip para tetangga yang terkadang bergunjing bahwa hari lebaran koq tidak membeli baju baru? Terlepas apakah baju yang pernah dibeli pada hari lebaran sebelumnya masih bagus dan layak dipakai kembali. Pokoknya membeli baju baru!

2.Banyak hidangan tersaji di ruang tamu
Mempunyai banyak hidangan makanan yang tersaji di ruang tamu adalah kemenangan berikutnya. Entah kenapa di hari lebaran banyak kaum muslim yang sebelumnya tidak menyajikan hidangan di ruang tamu, tiba-tiba di hari lebaran begitu banyak makanan. Jenis makananannya pun terkadang aneh-aneh.

3.Mampu memberikan angpau kepada saudara
Ciri orang yang menang selanjutnya adalah antri menukar uang receh di bank untuk dibagi-bagikan kepada sanak famili. Orang Tionghua menamainya angpau.

4.Mampu mengadakan open house
Nah, kalau yang ini namanya kemenangan tingkat tinggi. Di negeri ini, biasanya hanya pejabat yang mampu mengadakan open house. Ini benar-benar kemenangan tingkat tinggi. Sebab, hanya segelintir orang saja yang mampu meraih kemenangan ini.

Nah, demikianlah saudara-saudara. Jika interpretasi saya mengenai hari kemenangan di atas benar, berarti lebaran tahun ini saya tidak menang, alias kalah. Jika salah, tolong saya diberitahu apa sebenarnya hari kemenangan itu. Terlepas menang atau kalah, tidak lupa saya dan keluarga memohon maaf yang sebesar-besarnya jika tulisan-tulisan yang tersaji di rumahkecilku.com banyak menyinggung perasaan saudara. Semata-mata hanya pengalaman pribadi. Selamat hari lebaran. Semoga lebaran tahun ini sudara termasuk golongan orang yang menang. Amin! 

Tiba-Tiba Saya Menjadi Baby Sister

Tidak terasa sudah sebulan lebih usia si Nabila Sastra Shakeela, anak kami yang ke dua. Perawan yang lahir tepat di malam Juma’t Kliwon 31 Mei 2013 silam itu, menggenapi rasa syukur kami kepada Tuhan, setelah empat tahun usia si bujang Arsyad Averroes. Kami sebut genap karena setelah diberi anak laki-laki, kami diberi anak perempuan oleh Tuhan. Banyak pengalaman dan cerita baru yang kami dapatkan ketika merawat bayi berjenis kelamin perempuan. Salah satunya, pengalaman saya sebagai ayah yang tidak disangka-sangka harus berurusan dengan keahlian seorang baby sister. Sejauh ini saya berkesimpulan bahwa mempunyai seorang baby sister itu biasa. Tetapi, menjadi seorang baby sister itu baru luar biasa. Sejak itu kemudian saya harus mengacungkan jempol kepada siapapun yang menjadi baby sister karena keahliannya.

Pengalaman ini bagi seorang ibu barangkali biasa. Tetapi, bagi saya, merawat bayi sendiri menjadi pengalaman yang luar biasa. Nah, beberapa kemampuan baby sister yang saya pelajari secara otodidak  (bukan maksud saya untuk menjadikan anak perempuan saya sebagai kelinci percobaan, lho?) barangkali akan bermanfaat bagi anda para calon ayah yang tengah menunggu kelahiran sang buah hati.
Nabila Sastra Shakeela
Nabila Sastra Shakeela

Beberapa keahlian yang musti dimiliki oleh seorang ayah jika ingin merawat anak sendiri tanpa menggunakan jasa baby sister, adalah sebagai berikut;

Mampu Memandikan si Bayi
Jika melihat baby sister memandikan bayi, tentu akan kelihatan mudah. Namun, pada prakteknya ternyata sulit juga. Pertama-tama siapkan bokor, lalu siapkan air hangat (ingat, air hangat bukan air panas, nanti malah si bayi gosong). Pegang bagian tengkuk si bayi, lalu perlahan-lahan usapkan air hangat. Setelah merata, baru kemudian diluluri dengan sabun (ingat, pake sabun bayi, bukan sabun cuci). Bilas sampai bersih, lalu angkat si bayi dari dalam bokor.

Mampu Memasang Gurita
Sejak mempunyai anak, saya selalu bertanya kenapa bayi harus pakai gurita, dan kenapa dinamakan gurita? Jangan ambil pusing dengan gurita (kecuali gurita cikeas). Siapkan gurita, lalu letakan bayi di atasnya. Setelah itu, ikatkan jari-jari gurita dari bawah pusar hingga dada (ingat, jangan kenceng-kenceng, nanti malah si bayi kena penyakit sesak nafas).

Mampu Memakaikan Baju Bayi
Setelah gurita terpasang, baru kemudian baju si bayi dikenakan (bukan kepada bapaknya lho). Pada tahap ini, anda harus berhati-hati sebab anda harus mengangkat sedikit tubuh si bayi, untuk memasukan lengan baju.

Mampu Memasang Bedhong
Bedhong? Lagi-lagi saya tidak tahu artinya kata bedhong. Tetapi intinya, jika si bayi sudah memakai baju, dan celana tentunya, atau popok bagi bayi yang baru lahir, maka tubuh si bayi dibungkus dengan kain bedhong (ingat, hanya dari bagian kaki hingga dada yang dibedhong)

Nah, demikianlah beberapa kemampuan yang harus dimiliki seorang ayah, jika sewaktu-waktu sang ibu secara mendadak ada kepentingan yang tidak dapat ditinggalkan, atau barangkali jika tidak mempunyai kemampuan menggunakan jasa baby sister (sebenarnya ini alasan saya belajar menjadi baby sister, hehe..) Tapi percayalah, seberat dan sesusah apapun merawat anak, tidak akan ada bekasnya jika anda menggunakan jasa baby sister. Sebab, sejatinya rasa kasih saying akan melekat dengan sendirinya kepada anak kita. Atau, jika tidak mau repot, boleh juga tuch menggunakan jasa saya hehe…  


Enaknya Jadi Wanita Simpanan Ahmad Fathanah

Menjadi mafia di negeri ini memang enak. Selain bergelimang uang dan harta, juga bergelimang perempuan-perempuan cantik. Terlepas apakah menjadi istri sah atau hanya istri simpanan, itu soal lain. Dan Ahmad Fathanah, salah satu mafia itu telah membuktikannya. Apalagi, tersangka kasus daging sapi impor ini berkonspirasi dengan salah satu partai yang katanya adil dan sejahtera, plus Islami atau Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Betapapun para petinggi PKS membantah bahwa Ahmad Fathanah bukanlah bagian dari kader PKS, namun publik terlanjur mengetahui bahwa Ahmad Fathanah adalah mafia yang berjalin dengan PKS. Mendengar nama Ahmad Fathanah, sama dengan mendengar orang menyebutkan nama PKS. Mendengar istri-istri cantik, sama dengan mendengar istri-istri Ahmad Fathanah. Mendengar ada orang beristri lebih dari satu, sama dengan mendengar orang-orang PKS bicara perempuan.

Kasus yang menjerat Ahmad Fathanah dan PKS ini semakin menebalkan keyakinan saya bahwa tidak ada gunanya sama sekali memilih PKS, dalam setiap hajatan politik di Indonesia. Bahkan, lebih jauh lagi, saya selalu memilih golput seperti pada pemilihan gubernur Jawa Tengah kemarin.  Nah, curhatan saya kali ini bukan soal politik, akan tetapi soal istri-istri ahmad Fathanah.

Vitalia Shesya


Seperti kita ketahui dari berbagai media, setidaknya ada 45 perempuan yang berada dilingkaran Ahmad Fathanah yang entah menjadi istrinya atau tidak, namun yang jelas perempuan-perempuan tersebut menikmati aliran uang dan harta yang jika dikalkulasi mencapai miliyaran rupiah. Dan inilah 45 nama perempuan yang santer disebut-sebut media pemberitaan seperti Tribunnews.com sebagai perempuan yang turut menikmati uang dan harta dari Ahmad Fathanah.
  1. Dewi Kirana: Rp156 juta lewat BCA sebanyak 30 kali, per 16 Maret 2004-14 Oktober2005. Rp 6,75 juta lewat BCA, empat kali, per 9 Februari 2004-15 Juni 2005. Rp265 juta lewat Bank Mandiri, delapan kali, per 1 Januari 2011-1 Februari 2013.
  2. Yulia Puspitasari: Rp 110 juta lewat Bank Mandiri, satu kali, per 1 Januari 2011-1 Februari 2013.
  3. Evi Anggraini: Rp 525 juta lewat Bank Mandiri, tiga kali, per 1 Januari 2011-1 Februari 2013, PT Swakarya Adi Indah. Dan Rp600 juta lewat Bank Mandiri, 12 kali.
  4. Ade Raechani: Rp 6 juta lewat BCA, tiga kali, per 16 Maret 2004-14 Oktober 2005.
  5. Amelia Oktrivina: Rp 30 juta lewat BCA, satu kali, per 16 Maret 2004-14 Oktober 2005.
  6. Andi Marniaty: Rp 47,5 juta lewat BCA, tujuh kali, per 16 Maret 2004-14 Oktober 2005.
  7. Fatimah Samsi: Rp16,5 juta lewat BCA, delapan kali, per 16 Maret 2004-14 Oktober 2005.
  8. G Irena Wiradiputri: Rp11,7 juta lewat BCA, satu kali, per 16 Maret 2004-14 Oktober 2005.
  9. Elly: Rp64,5 juta lewat BCA, dua kali, per 16 Maret 2004-14 Oktober 2005.
  10. Mimin Mintarsih: Rp 7,25 juta lewat BCA, per 16 Maret 2004-14 Oktober 2005. Rp14,875 juta lewat BCA, satu kali, per 9 Februari 2004-15 Juni 2005.
  11. Nurmala Sari Dewi: Rp 1,1 juta lewat BCA, satu kali, 16 Maret 2004-14 Oktober 2005.
  12. Hanny Surawati: Rp 3,5 juta lewat BCA, dua kali, per 16 Maret 2004-14 Oktober 2005.
  13. Kiki Rizki Amalia: Rp 7,5 juta lewat Bank BCA, dua kali, per 16 Maret 2004-14 Oktober 2005.
  14. Eveline J: Rp 4,25 juta lewat BCA, satu kali, 16 Maret 2004-14 Oktober 2005.
  15. Rina Remilya: Rp 120 juta lewat BCA, sembilan kali, 16 Maret 2004-14 Oktober 2005.
  16. Novia Ardhanariswa: Rp 128,5 juta lewat BCA, delapan kali, per 16 Maret 2004-14 Oktober 2005.
  17. Rika Setiati: Rp5 juta lewat BCA, dua kali, 16 Maret 2004-14 Oktober 2005.
  18. Siti Asmala, Staf PT Winara Sabena, Konsultan Penilai: Rp 496 juta lewat BCA, 47 kali, 16 Maret 2004 -14 oktober 2005. Dan Rp 28,5 juta lewat BCA, dua kali, per 9 Februari 2004-15 Juni 2005.
  19. Soleha: Rp 13,7 juta lewat BCA, tiga kali, 16 Maret 2004-14 Oktober 2005.
  20. Virdavid Chandra: Rp 725 juta lewat BCA, satu kali, 16 Maret 2004 -14 Oktober 2005.
  21. Yuandi Tjandra: Rp 9,4 juta lewat BCA, dua kali, 16 Maret 2004-14 Oktober 2005.
  22. Sukesi: Rp 52 juta lewat BCA, tiga kali, 16 Maret 2004-14 Oktober 2005.
  23. Yulaikha S Bany: Rp 3,15 juta lewat BCA, satu kali, 16 Maret 2004-14 Oktober 2005.
  24. Yulia Rivani Yusuf: Rp10 juta lewat BCA, satu kali, 16 Maret 2004-14 Oktober 2005.
  25. Wiwik Ermanto: Rp 500 juta lewat (data error), satu kali, 16 Maret 2004-14 Oktober 2005.
  26. Shela Aprilliana: Rp 3 juta lewat BCA, satu kali, 16 Maret 2004-14 Oktober 2005.
  27. Amel Fadly, wiraswasta, CV Dana, diduga adik Fathanah, Rp 1,271 miliar lewat Bank Mandiri, dua kali, per 1 Januari 2011-1 Februari 2013.
  28. Vivi Rosita Polandi: Rp 100 juta lewat Bank Mandiri, dua kali, per 1 Januari 2011-1 Februari 2013. Rp 50 juta lewat Bank Mandiri, dua kali, per 1 Januari 2011-1 Februari 2013.
  29. Amalia Malik: Rp 372 juta lewat Bank Mandiri, delapan kali, per 1 Januari 2011-1 Februari 2013.
  30. Putri Devani Kusumasari: Rp 150 juta lewat Bank Mandiri, satu kali, per 1 Januari 2011-1 Februari 2013.
  31. Fitri: Rp 90 juta lewat Bank Mandiri, satu kali, per 1 Januari 2011-1 Februari 2013.
  32. Dian Cendayani: Rp 50 juta lewat Bank Mandiri, satu kali, per 1 Januari 2011-1 Februari 2013.
  33. Etti Sukaeti: Rp 45 juta lewat Bank Mandiri, satu kali, per 1 Januari 2011-1 Februari 2013.
  34. Linda Silviana, profesional/dokter di RSUD Sabang, Istri Ahmad Zaky kader PKS, satu kali, Rp 1,025 miliar.
  35. Dewi Akmalia: Rp 150 juta lewat Bank Mandiri, tiga kali, per 1 Januari 2011-1 Februari 2013.
  36. Maryano: Rp 24,9 juta lewat Bank Mandiri, satu kali, per 1 Januari 2011-1 Februari 2013.
  37. Ruliana Rebecca: Rp 46 juta lewat Bank Mandiri, satu kali, per 1 Januari 2011-1 Februari 2013.
  38. Sefti Sanustika: Rp 269 juta lewat Bank Mandiri, sembilan kali, per 1 Januari 2011-1 Februari 2013.
  39. Srikandi Rohani: Rp 50 juta lewat Bank Mandiri, satu kali, per 1 Januari 2011-1 Februari 2013.
  40. Tri Kurnia Rahayu: Rp 35 juta lewat Bank Mandiri, satu kali, per 1 Januari 2011-1 Februari 2013.
  41. Surtini Gulyanti, Rp 17 juta lewat Bank Mandiri, enam kali, per 1 Januari 2011-1 Februari 2013.
  42. Yulia Puspitasari R Sose: Rp 170 juta lewat Bank Mandiri, empat kali, per 1 Januari 2011-1 Februari 2013.
  43. Elsya Putri Adiyanti, 20 tahun, wiraswasta: Mandiri overbooking Rp 2 miliar lewat Bank Mandiri, dua kali, per 1 Januari 2011-1 Februari 2013.
  44. Erna Komalaningrum: Rp 25 juta lewat Bank Mandiri, satu kali, per 1 Januari 2011-1 Februari 2013.
  45. Erna: Rp 53 juta lewat Bank Mandiri, satu kali, per 1 Januari 2011-1 Februari 2013.
Hemm, adakah nama-nama anda tercantum di daftar penerima aliran dana dari Ahmad Fathanah? 

Maaf, Saya Golput di Pilgub Jateng 2013


Beberapa waktu lalu saya menulis tentang mimpi mewawancarai bupati Purbalingga. Sebenarnya saya berharap mimpi itu akan berlanjut mengingat masih banyak hal yang mesti saya tanyakan kepada bupati Purbalingga, Heru Sudjatmoko yang kebetulan mencalonkan diri sebagai wakil gubernur Jawa Tengah pada Pilgub tahun ini.

Waktu berlalu dan tidak terasa sebentar lagi Pilgub Jateng akan segera di selenggarakan. Pada Pilgub Jateng tahun ini, saya telah memutuskan untuk tidak menggunakan hak suara saya untuk memilih. Masyarakat mengenalnya dengan istilah Golongan Putih (Golput). Keputusan saya untuk Golput bukan tanpa pemikiran yang mendasar. Ada beberapa alasan yang kemudian membuat saya memutuskan untuk melakukan tindakan yang menurut para politikus itu bukan tindakan yang bertanggungjawab, dan tidak mencerminkan sikap yang baik sebagai warga Negara. Saya menolak pendapat ini.


Inilah beberapa alasan saya kenapa saya lebih memilih untuk golput;

Pertama, Tiga calon pasangan gubernur Jateng 2013 ini, semuanya pernah menjadi pejabat. Selama menjabat, saya tidak merasakan perubahan yang mendasar di beberapa aspek sosial seperti ekonomi, pendidikan, budaya, pekerjaan, dan infrastruktur. Silahkan baca tulisan sepenggal dongeng negeri susu.

Kedua, Khusus untuk Heru Sudjatmoko yang kebetulan masih menjabat sebagai bupati Purbalingga, saya masih ingat betul beberapa janji yang dia ucapkan saat kampanye dalam pemilukada Purbalingga beberapa tahun yang lalu. Dan, hingga dia mencalonkan diri sebagai wakil gubernur Jateng 2013, janji-janjinya itu belum dipenuhi.

Ketiga, Sudah bukan rahasia lagi jika para calon gubernur itu berlomba-lomba mengambil simpati, bahkan hingga menjilat pantat rakyat sekalipun mereka lakukan demi mendulang suara. Tetapi lihatlah apa yang mereka lakukan ketika sudah terpilih. Jangankan mendekati rakyat. Berfikir untuk kepentingan rakyat pun saya kira tidak.  

Keempat, Beberapa waktu lalu saya berdiskusi dengan beberapa pendukung dan tim sukses salah satu calon gubernur Jateng 2013 di group facebook. Mereka bicara bahwa calon yang merekalah yang paling tepat untuk memimpin Jateng 5 tahun mendatang. Namun ketika saya beberkan fakta mengenai keadaan di masyarakat yang sesungguhnya, mereka diam. Inilah indikasi bahwa pendukung dan tim sukses itu semata-mata hanya mencari nafkah dalam mendukung calon mereka. Orang banyumas menyebutnya nggolang.

Golput


Itulah empat alasan yang menguatkan saya untuk golput. Jika ada pengunjung blog ini yang kebetulan menjadi pendukung atau tim sukses salah satu calon gubernur Jawa Tengah 2013 ini, tolong berikan jawaban apakah alasan saya untuk golput itu secara politis logis atau tidak. Buat para sahabat blogger, saya tidak sedang menyarankan sobat untuk golput. Namun, adakah pilihan terbaik dalam setiap moment politik selain pilihan untuk golput? Piss…

Mimpi Mewawancarai Bupati Purbalingga


Tidak seperti malam biasanya, malam tadi benar-benar malam yang panjang. Entah kenapa saya bermimpi mewawancarai bupati Purbalingga, Bapak Heru Sudjatmoko, yang akhir-akhir ini foto-fotonya tersebar di seantero pelosok Purbalingga khususnya, dan Jawa Tengah pada umumnya dengan senyum manis menyapa siapapun yang memandanginya, tanpa lelah dua puluh empat jam nonstop bahkan lebih. Padahal, saya tidak pernah berangan-angan bertemu dengan Pak Bupati, selain hanya rasa kesal terhadapnya karena motor kreditan saya satu-satunya, (dan belum lunas tetunya) rusak gara-gara lubang yang menganga di sepanjang jalan-jalan di Purbalingga. Atau mungkin barangkali karena rasa kesal itu lah, mimpi membawa saya bertemu dengan Pak Bupati. Maklum, keluhan-keluhan masyarakat tentang jalan yang rusak di koran-koran itu sepertiya tidak digubris sama sekali. Akan tetapi, meski hanya di dalam mimpi, saya cukup senang bisa bertemu orang nomor satu di Purbalingga itu.

Nah, sebelumnya saya pernah menulis tentang Dongeng Negeri Susu yang substasinya sedikit menyinggung soal infrastruktur kabupaten Purbalingga, yang semakin hari semakin parah kerusakannya. Pada kesempatan kali ini, saya akan menuliskan tentang hasil wawancara saya dengan Bapak Bupati Purbalingga dalam mimpi yang saya alami malam tadi. Berikut hasil wawancara saya dengan beliau.

Bupati Purbalingga


(H)       : Heru Sudjatmoko
(S)        : Saya

S: Selamat malam Pak Bupati? Apa kabar, sehat?
H: Selamat malam mas, alhamdulilah saya dalam keadaan sehat selalu

S: Bagaimana rasanya jadi Bupati Purbalingga, Pak?
H: Wah, jadi Bupati Purbalingga itu enak mas? Enak banget.

S: Bisa diceritakan Pak, enaknya itu seperti apa?
H: Gimana yah Mas, pokoknya enak lah, rasanya itu melebihi mendoan anget. Ya gimana gitu?

S: Kongkritnya bagaimana Pak?
H: hahaha….

S: Koq ketawa Pak?
H:Becanda mas, jadi orang itu jangan terlalu serius begitu. Seperti saya ini, jadi bupati yang nggak serius-serius amat.

S: Maksud Bapak?
H: Kalau serius nanti cepat tua mas, kalau cepat tua kan nggak bisa nyalon wakil gubernur. Hehe…

S: Sekarang serius Pak, saya mau tanya soal banyak kondisi jalan yang rusak di Purbalingga itu bagaimana Pak?
H: Lho, koq anda yang sewot? Lha wong rakyat yang memilih saya jadi bupati saja diam koq, nggak ngeluh kayak sampean? Lagi pula jalan-jalan yang berlubang itu kan jalan propinsi mas, bukan jalan kabupaten. Jadi itu urusan pemprov Jateng dong mas, bukan urusan saya?  

S: Tapi motor saya rusak gara-gara sering masuk lubang di jalan-jalan itu pak, padahal motor kreditan lho pak?
H: Itu salah sampean Mas, udah tau ada lubang diterjang aja. Ya rusaklah motor sampean itu?

S: Tapi tidak hanya saya pak yang sering jatuh?
H: Ah, sampean jangan bohong, lha wong selama ini nggak ada yang menyampaikan hal itu kepada saya koq? Bagaimana saya mau percaya?

S: Bener nich, pak? Bahkan ada yang mati koq gara-gara jalan berlubang itu?
H: What? Are you serious, dude? Kalau itu benar, ya itung-itung ngurangin jumlah penduduklah, Mas?

S: Okelah kalau beg…begitu, Pak? Sekarang saya mau nanya soal pencalonan bapak sebagai wakil gubernur. Bagaimana perasaan bapak setelah mendapat rekomendasi DPP PDIP untuk mendampingi Pak Ganjar Pranowo maju dalam perebutan kursi nomor satu di Jawa Tengah ini pak?
H: Alhamdulilah yah? Perasaan saya ya gimana yah, pokoknya kalau kata Syahrini itu, cetarrr banget dech? Nggak nyangka aja, bisa ngalahin bu Rustriningsih.

S: Apa yang akan bapak lakukan jika menang dalam Pilgub Jatenga nanti?
H: Yang pertama dan paling utama saya lakukan ya saya akan mencoba memberikan kontribusi buat PDIP mas, soalnya saya belum bisa ngasih apa-apa buat partai yang telah membesarkan saya. Saya jadi bupati Purbalingga juga berkat PDIP, terpilih menjadi calon wakil gubernur juga karena PDIP. Maka wajar dong, jika terpilih nanti saya akan memberikan sesuatu kepada partai. Semacam ucapan terima kasih lah mas?

S: Bukannya yang pertama harus dilakukan adalah untuk rakyat yang memilih bapak?
H: Rakyat baik-baik saja koq mas, terutama rakyat Purbalingga. Mereka itu manut, nurut, dan tidak banyak protes. Jarang lho mas ada rakyat model yang kaya gini? Untungnya rakyat yang kayak sampean ini jarang lho mas, kalau semua rakyat Purbalingga seperti sampean, yang suka ngritik, seneng ngeluh, suka menulis keburukan orang di blog, maka menjadi bupati Purbalingga itu pasti nggak enak mas?

S: Bapak yakin akan terpilih pada Pilgub nanti?
H: Tentu saya harus yakin mas? Siapa tau kalau terpilih nanti saya bisa memperbaiki jalan-jalan berlubang yang sampean keluhkan itu.

S: Jadi harus nunggu menjadi wakil gubernur dulu untuk memperbaiki jala rusak itu ya pak?
H: Ya iyalah? Kamu tau mas, kenapa saya biarkan jalan itu tetap rusak?

S: Kata bapak karena itu bukan kewenangan bapak.
H: Selain itu mas, jalan-jalan itu malah bagus kalau rusaknya semakin parah. Sebab jika jalan-jalan itu semakin parah, maka itu pertanda gubernur Jateng yang sekarang telah gagal membangun Jawa Tengah. Lha wong terbukti gagal koq mau maju lagi jadi gubernur? Wagu, kan mas? Hehe…

S: Oh, jadi jalan rusak itu juga bisa jadi jualan saat kampanye ya Pak?
H: Ya iyalah, masa ya iya dong? Itu sudah jadi rahasia umum mas? Jalan rusak itu adalah komoditas kampanye yang paling mujarab. Itu terbukti dengan banyaknya pejabat daerah yang terpilih gara-gara jualan isu jalan rusak. Setelah terpilih, mau benerin jalan atau tidak itu soal lain mas? Yang penting rakyat tidak demo. Lagian demo itu kan nggak baik mas?  

S: Ternyata bapak orangnya cerdas yah?
H:Baru tau yah mas?

S: Banyak kalangan yang menyesalkan bapak nyalon wakil gubernur lho Pak? Katanya, seharusnya bapak lebih memperhatikan dulu kesejahteraan masyarakat Purbalingga, terutama pembenahan di sektor infrastruktur?
H: Jangan bohong mas? Nggak ada tuh suara-suara yang kaya gituan. Kalaupun ada, itu pastilah pendukung calon lain yang ingin menyudutkan saya. Jangan bikin isyu mas? Sampean ini wartawan bodrek yah?

S: Bukan bodrek pak, tapi paramek.
H: Saya kira bintang tujuh, hehe…

S: Ada pesan terahir pak?
H:Emangnya saya mau mati mas, dimintai pesan terahir segala!

S: Maksud saya pesan kepada masyarakat Purbalingga sebelum nanti bapak benar-benar bertarung di gelanggang Pilgub Jateng?
H: Pesan saya, semoga masyarakat Purbalingga yang saya cintai dapat menggunakan hak suaranya untuk memilih saya. Dan semoga meraka tidak menjadi seperti sampean. Karena saya yakin sampean ini jenis orang yang berbahaya bagi ketentraman masyarakat dan kekuasaan, dan berpotensi mengajak masyarakat untuk golput. Lebih baik sampean ini ngeblog saja mas…?

S: Terima kasih, Pak?
H: Sama-sama mas wartawan blogger? Oh ya, tulis juga dong calon gubernur yang lain? Biar masyarakat Jateng sama-sama tahu? Nanti kalau cuma saya yang ditulis takutnya calon lain nggak kebagian suara mas?
S: Wani Piro???

Sebenarnya masih banyak yang ingin saya tanyakan ke pak bupati, namun gara-gara si kecil terjaga dari tidurnya, akhirnya mimpi yang rasanya menurut saya lebih indah dari sekedar mimpi basah itu pun, harus selesai. Demikian lah para pembaca yang budiman, hasil wawancara saya dengan calon wakil gubernur Jawa Tengah yang juga masih aktif menjabat sebagai bupati Purbalingga. Sekali lagi apa yang saya paparkan hanya mimpi belaka. Jika ada pihak-pihak yang merasa tersinggung, lebih baik jangan percaya dengan sebuah mimpi. Jikalau ingin berdiskusi soal mimpi saya itu, saya siap melayaninya. Terima kasih.

   

   
   

Pak Haji dan Ibu Hajah


Tiga hari yang lalu, saya menerima telepon dari seorang wanita yang menanyakan kiriman majalah yang sudah dua bulan belum dikirim. Dengan intonasi suara yang meninggi, saya dapat menyimpulkan bahwa si wanita ini sedang naik pitam. Bicaranya tidak bisa saya sela. Karena dia terus bicara, maka saya hanya menjawab; ya bu? ya bu? ya bu? sepanjang ia bicara. Karena saya bukan bagian distribusi, maka saya mengatakan kepada si penelpon tadi bahwa saya akan segera mengkonfirmasikan kepada bagian distribusi sembari memohon maaf atas ketidaknyamanan pelayanan kami. Sebelum telpon ditutup, saya sempat menanyakan siapa nama si penelpon dan alamatnya. Dengan cepat ia mejawab; saya ibu hajah titik-titik (saya lupa namanya karena dia begitu cepat bicaranya) tinggal di Kober, Purwokerto. Tadinya saya mau mengakhiri pembicaraan via telepon ini dengan salam, namun ia menutup telepon begitu saja. Sejujurnya saya agak kesal juga, namun sepertinya si penelpon ini pelanggan yang tetap setia dengan produk majalah kami.

Nah, tulisan ini terinspirasi dari kejadian tersebut. Namun, sebelum sobat lebih jauh membaca refleksi ini, saya memohon maaf jika ada pihak-pihak yang merasa tersinggung dengan pengalaman saya ini. Sebab, setiap orang pasti mempunyai sudut pandang masing-masing dalam menganalisa dan menilai sebuah peristiwa. Dan postingan ini merupakan sudut pandang saya sendiri.

Begini, ketika saya menanyakan nama si penelpon pada peristiwa di atas, ia sempat menjawab; saya ibu hajah titik-titik (saya ingatnya cuma ibu hajahnya, sedang namanya saya lupa). Karena saya agak kesal juga, maka kemudian secara reaksioner saya membatin; hajah koq seperti itu!! Lantas saya bertanya pada diri saya sendiri; apakah cara orang tersebut menjawab namanya dengan sebutan hajah adalah cermin haji yang mabrur?

Saya sendiri tidak tahu persis sejarahnya kenapa orang Indonesia melabelkan huruf H dan Hj di depan nama para pemeluk Islam yang kebetulan pernah menunaikan ibadah haji. Hanya menurut hemat saya, seharusnya tidak perlu ada label H tau Hj di depan nama seorang muslim yang telah menunaikan ibadah haji. Sebab, pelabelan tersebut terkesan memamerkan ibadah hajinya. Padahal, saya yakin beribadah itu tidak boleh dipamerkan. Menunaikan haji merupakan bentuk ibadah yang privat bagi seseorang kepada Tuhannya atau dalam bahasa Arabnya habluminallah. Artinya, mabrur atau tidakya hanya Tuhan saja yang tahu.

Selanjutnya, selain terkesan memamerkan, pelabelan H atau Hj di depan nama seseorang yang telah menunaikan ibadah haji juga berimplikasi luas secara sosial. Sebab, masyarakat kita terlanjur menilai label H atau Hj tersebut merupakan simbol kesempurnaan seorang pemeluk agama Islam. Maka menjadi wajar jika masyarakat menjastis bahwa seorang haji atau hajjah, adalah orang yang sempurna dan tidak boleh salah. Padahal menurut saya, jangankan haji, nabi saja pernah melakukan kesalahan.

Implikasi sosial lainnya atas pelabelan H atau Hj tersebut adalah semakin membuat citra agama Islam menjadi buruk. Maaf, jangan marah dulu sob. Begini, apakah sobat selaku pemeluk Islam akan marah jika saya mengatakan bahwa mayoritas koruptor di negeri ini adalah beragama Islam? dan banyak dari mereka yang bertitel haji atau hajjah? Kalau sobat marah, inilah yang saya maksud dengan pelabelan H atau Hj akan membuat buruk citra agama Islam. Sebab, banyak sekali pemeluk Islam atau bahkan non Islam sekalipun yang menilai keburukan seseorang hanya dari label H atau Hj saja.
         
Lalu apakah jika budaya melabelkan H atau Hj di depan nama seseorang yang telah berhaji tersebut dimusnahkan akan serta merta mengurangi makna ibadah haji seseorang? Saya pikir tidak. Karena itu, semestinya orang yang menelpon saya di atas tidak menyebutkan label Hajjahnya. Sebab kentara sekali dia sedang memamerkan labelny itu kepada saya. Dan sekali lagi, pada kasus ini saya hanya bertanya nama dan alamat. Ini memang hal sepele.

Kesimpulaya, saya sangat sepakat jika label atau title Haji dan Hajjah tidak disematkan di depan nama seseorang yang telah menunaikan ibadah haji. Kedua, sudah waktunya Kementrian Agama (Kemenag) sebagai otoritas yang mengeluarkan label tersebut memperhatikan hal sepele ini jika tidak ingin citra Islam semakin buruk . Yang terakhir, banyaknya jumlah haji atau hajjah di Indonesia ternyata tidak berpengaruh kepada kualitas kehidupan umat Islam di Indonesia. Bagaimana dengan sudut pandang sobat? 

Sepenggal Dongeng Negeri Susu


Ini tentang sepenggal dongeng kemakmuran dari sebuah negeri bernama Negeri Susus. Konon, negeri susu adalah negeri yang terkenal dengan kekayaan sumber daya alamnya. Tak heran, dalam sejarah yang diajarkan di sekolah-sekolah negeri susu tersebut, guru-gurunya selalu mendoktrin dan menanamkan kebanggaan pada siswa-siswinya bahwa hanya negeri susu lah negeri yang paling kaya di dunia, sehingga wajar jika negeri-negeri dari utara berlomba-lomba menjarah kekayaan alamnya. Tersebutlah panglima-panglima penjajah dari negeri utara macam Jorge de Albuquerque, Jan Pieterzoon Coen, Herman Willem Daendles, dan si hara kiri Masaharu Homma

Sebelum para penjajah itu menjarah, Kehidupan rakyat negeri susu tenteram dan makmur serta sangat subur tanahnya. Lautan yang mengelilingingya adalah lautan susu. Kail dan jala cukup menghidupi para nelayannya.  Lautan susu yang membentang itu, tak berbadai tak bertopan. Bahkan konon ikan dan udang menghampiri para nelayan. Orang-orang pada bilang bahwa tanah negeri susu adalah tanah surga. Dimana tongkat kayu dan batu jadi tanaman.

Sekali lagi ini tentang sepenggal dongeng dari negeri susu. Seperti yang diajarkan oleh guru bahasa kita, dongeng hanyalah cerita fiksi belaka. Pengantar si kecil agar segera terlena dan cepat-cepat bermimpi. Setelah itu bangun dipagi hari, dan menjumpai bahwa apa yang di dengar dari dongeng sang ibu sesungguhnya hanya sebuah kebohongan. Meski begitu, si kecil tak pernah bosan dan tak mau jera terus dibohongi dongeng-dongeng dari ibu.

Ini persis seperti yang terjadi di negeri kami, negeri Indonesia. Meski kami sadar bahwa dongeng kemakmuran, ketentraman, dan kesejahteraan hanyalah bohong semata, namun anehnya kami masih saja mau dibohongi, senang didongengi tentang dongeng yang kadang-kadang kedengarannya aneh. Dan rupanya, penguasa negeri kami, negeri Indonesia, sangat suka mendongeng. Hebatnya, dongeng-dongeng yang aneh tentang jaminan pekerjaan, jaminan kesehatan, kesamaan hukum, dan pembangunan fasilitas umum, dapat dibaca di koran-koran, di televisi, dan di baliho-baliho. Dengan demikian, maka si penguasa ini tak perlu repot-repot lagi untuk membacakan dongengnya bagi si rakyat. Cukup mendirikan gedung sekolah, mewajibkan wajib belajar, dan mengajari baca tulis, sehingga mereka dapat membaca dongeng yang banyak berserakan di mana-mana.

Sekali lagi ini hanya dongeng atau semacam cerita fiksi. Cerita yang sebenarnya adalah tersirat dalam foto-foto fasilitas umum di negeri ini, negeri Indonesia, seperti foto-foto di bawah ini. Lihat dan simpulkanlah sendiri. Sebab, penguasa negeri ini akan terus mendongeng hingga mereka mati. Atau kita yang mati duluan karena lubang-lubang menganga di jalanan. 

Kondisi Jalan di Kecamatan Gandrung Cilacap. Foto Kang Suratno Kenthus

Masih di kecamatan Gandrung Cilacap. Foto Kang Suratno Kenthus

Ini juga jalan di kecamatan Gandrung Cilacap. Foto Kang Suratno Kenthus

Ini kondisi jalan di kecamatan Mrebet Purbalingga. Foto koleksi pribadi

Kedalaman lubang mencapai 25 cm lebih

Mesti harus waspada
 
Kerap terjadi kecelakaan
 
Tak ada pilihan
 
Parah

Anehnya, Bupati Purbalingga mau nyalon wakil gubernur Jawa Tengah